Selasa, 31 Desember 2013

Cinta Dalam Bisu


Cinta yang semestinya untukmu
Kini hanya menggantung di ujung bibirkuTerhenti sebelum ku ucap padamuAku tak bisa berkata apa-apaBerdiri di hadapanmuHanya terpesona melihat keindahanmuKian mendamaikan hatiPikiran dan hati yang menggebuNamun tetap tetap tak terucap secuilpunAku seperti pujangga yang kehilangan diksi terindahnyaSeonggok kasih tlah ku miliki untukmuTapi aku hanya menelan kepahitan ini


Walau rindu kian menyengsarakan hati

Cinta Di Ujung


Cinta… pada seseorang di ujung sana
Berdecak pada senyumannya
Kian menawan
Tapi cintaku ini hanya tersimpan rapi
Dalam dada yang sepi
Mulut tersegel tanpa ada kunci yang membuka
Mengatakan ‘aku’ pun tidak
Pada wanita yang mendiami hati sejak lama
Cinta…. Pada seseorang diujung sana
Cinta dalam diam
Cinta tak menyuarakan hati kepadanya
Cinta yang hanya membuat nafas ini sesak

Cinta dengan batas sejengkal pun

Minggu, 08 Desember 2013

Sang Pencuri

            Aminah turun dari kereta itu. Perjalanan yang membosankan di dalam. Ia terus menggeret koper yang berisikan pakaian dan barang-barang lainnya. Ia kembali menginjakkan kakinya di tanah jogja. Ingin mengingat momen-momen indah bersama kekasihnya di jogja. Sang kekasih terlebih dulu meninggalkannya. Tak akan pernah kembali dalam pelukanya lagi. Ia ingin mengunjungi pantai drini. Di mana tempat itu adalah tempat terakhir yang ia lewatkan bersama sang kekasih. Kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
            Lalu Aminah duduk di bangku sekitar taman stasiun. Sekedar beristirahat, menghirup udara segar. Memandangi lalu lalang orang keluar masuk stasiun kereta.            
            Tiba-tiba tangan lelaki tak dikenalnya itu merebut ponsel di tangannya. Sontak membuatnya kaget. Pencuri itu sempat menoleh ke arah Aminah sesaat setelah merebut ponselnya. Tatapan mata itu membuat Aminah terperanjat. Bahkan mulutnya akan berteriak pencuri, kini diurungkannya. Tatapan mata itu sangat dikenalnya.           
            “Mata itu,,,” kata Aminah pelan tak percaya.            
            Ia pun segera berdiri dan berusaha mengejar pencuri itu. Kopernya dibiarkan berdiam di sekitar banku itu. Aminah berusaha lari dan memanggil-manggil pencuri itu dengan sebutan Mas bukan pencuri. Walau cukup sulit, karena saat itu Ia mengenakkan rok panjang, tapi Aminah terus berusaha mengejarnya.            
            “Mas... mas... tunggu!!” teriak Aminah            
            Pencuri itu menoleh tapi ia tetap lari tak berhenti. Dan akhirnya pencuri itu tak terlihat lagi entah kemana. Nafas Aminah terengah-engah. Kemudian berhenti dan duduk di bangku yang ada di sekitar itu.             
           Pencuri itu berhenti di salah satu tempat persembunyiannya. Kemudian memainkan ponsel yang ada di tangannya dengan bahagia.            
           “Ponsel yang cukup bagus. Kalo dijual, pasti bisa laku banyak.”           
           Kemudian ia mengaktifkan ponsel itu. Begitu melihat wallpaper yang ada di ponsel itu ia terperangah kaget. Begitu ia tahu, bahwa foto wanita itu pernah dilihatnya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah foto dari saku belakang celananya. Kemudian menjejerkan foto itu dengan ponsel. Alhasil sama, ini wanita yang sama. Pikirnya membatin.           
           Ia berbalik arah, mencari dan menemui wanita itu. Begitu ia melihat wanita itu sedang duduk di bangku. Ia segera menghampirinya. Perlahan ia menyodorkan ponsel itu ke wanita itu. Aminah berdecak heran, melihat pencuri yang mengembalikan hasil curiannya ke pemiliknya.           
           “Aku minta maaf, karena telah mencuri ponselmu. Aku mengaku salah.”           
           “Tunggu, apa aku enggak salah dengar?” tanya Aminah keheranan.            
           “Enggak, boleh aku duduk bersamamu?”            
           “Ya silakan, asal kamu tidak macam-macam dan berjarak 5 jengkal”            
           Kenapa aku merasa luluh dan iba dengan wanita ini? Bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali? Lagi lagi lelaki itu membatin.            
           Aminah kembali memperhatikan.            
           “Tatapan matamu, tatapan yang sangat aku kenal. Tatapanmu mengingatkan pada seseorang yang sangat aku cintai. Kenapa kamu seperti itu, kenapa tatapan itu begitu persis?” Aminah terus bertanya, ia tak bisa menahan air matanya. Lelaki itu kembali merasa iba, ia tak tega melihat wanita di hadapannya menangis. Bukan perasaan biasa.            
          “Kenapa kau begitu tergila-gila dengan tatapan mataku?”            
          “Tatapan matamu mengingatkanku pada kekasihku yang telah lama pergi untuk selama-lamanya.”            
           “Apa dia adalah Aziz?” tanya lelaki itu            
           Aminah kembali heran. Kenapa lelaki ini bisa tahu nama pacarnya? Dari mana ia mengetahuinya?
            “Mungkin kamu belum tahu ini. Dan saya sangat bersyukur karena akhirnya bertemu denganmu, setelah sekiam lama mencarimu. Jadi....” cerita lelaki ini membuat Aminah semakin sedih sekaligus terharu.
            Aminah sangat menghargai kebaikan Aziz terhadap lelaki di hadapannya. Di balik semua itu, agar Aziz bisa terus melihat wanita yang dicintainya walau ia telah jauh di sana. 


Cerpen ini diikutkan event #CeritaPencuri yang diadakan oleh #KampusFiksi OK

Selasa, 29 Oktober 2013

Harus Banyak Mengerti Dan Memahami

Huh! Galau galau galau, akhir-akhir ini hari-hari aku semakin suram mengarah pada kegalauan yang sempurna. Entah karena aku yang terlalu menghayati atau karena kebahagian tak memihak lagi. Sejak kelulusan SMK kemarin kesendirian selalu terasa lebih mengerikan dibanding dengan biasanya. bagaimana tidak? teman-teman dekat selama tiga tahun yang biasa bareng di sekolah, seru-seruan ngomongin hal-hal gaje dan gokil. kini tak bisa lagi kujumpai. Sekarang hanyalah sebuah kenangan yang selalu terbayang dan menyakitkan.
Kini hari-hari mereka sudah berubah. Apalagi banyak temen-temenku yang kuliah ke luar kota ataupun kerja yang lebih baik dari aku. dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan yang lebih penting dari sebelum-sebelumnya. yang jelas mereka lebih sibuk dari aku. Bukan Cuma sebatas kita berpisah, tapi komunikasiku sama temen-temen enggak sesering dulu. Pas masih sekolah, aku sering smsan sama mereka semua. Kuakui, smsku itu memang gaje. Aku sering sms seperti ini met pagi, met siang, met malem, met tidur dan met-met lainnya. Tapi mereka selalu membalesnya, juga. Tapi apa sekarang? Setiap kali aku sms tak banyak dari mereka yang menggubrisnya. Tak lain dan tak bukan karena tak ada waktu bagi mereka untuk membalasnya. Super sibuk. Sms aku yang cukup panjang dan enggak gaje pun enggak dibales juga.
Hatiku sedih, apa mereka sudah tak mau berteman denganku lagi? Apa mereka menganggap smsku Cuma gangguan mereka saja? Apa karena mereka sudah menemukan teman yang lebih asyik dari aku? Entahlah pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah ku dapat jawabnnya. Mungkin mereka sudah merasa bete sendiri (ih ini orang kenapa muncul terus si? *pasangmukamanyundankesal). Dan yang lebih sakit lagi adalah mereka menghubungiku psaat mereka butuh saja. Lalu mau ngapain? Apa kamu enggak malu? Jadi seperti itu, kamu Cuma pas butuh saja menghubungiku lalu pas enggak butuh lagi kalian menhilang begitu saja dan susah buat diajak komunikasi. 
Entahlah, aku selalu kesepian hari-hari lalu dan sekarang memang jauh berbeda. Ya aku memang pribadi yang dituntut untuk banyak mengerti dan memahami mereka, walau aku sendiri merasa mereka tak bisa juga melakukan sepertiku.

Ibuku Terhebat

            Hmm… Ibu, banyak sekali hal-hal yang belum aku lakukan untuk membahagiakanmu, walaupun kau memang tak mengharapkan itu. Banyak sekali yang ingin aku katakana padamu Ibu. Mungkin aku merasa malui untuk mengatakan kepadamu secara langung, untuk itu aku mengungkapkannya lewat tulisan ini. Ibu adalah wanita terhebat dalam hidupku. Wanita yang tak pernah memberiku semangat dan nasehat. Masih ingat di benak ini, waktu dulu pas aku masih Sekolah Dasar, merupakan kenangan paling mengesankan bersama Ibu. Alhamdulillah waktu SD aku selalu mendapat rangking 3 besar setiap akhir semester aku selalu naik panggung untuk menerima hadiah juara. Dan ada salah satu tetanggaku yang iri padaku, selalu saja dia nyinyir padaku. Sampai-sampai Ibuku sempat marah padanya. Tetanggaku itu bilang anakmu pintar itu gara-gara menjadi murid kesayangan gurunya, beda kalo dengan anakku yang selalu dipojokkan gurunya. Ibu sempat dongkol juga karena perlakuan tetangga yang sudah di luar batas kewajaran. Sampai-sampai aku dan ibuku pernah menangis bersama gara-gara perlakuan tetangga itu. Ibu juga selalu memberiku dukungan saat aku mau ikut lomba dulu. Bukan aku namanya kalo aku sudah minder di awal kalo mau ikut lomba apapun. Aku selalu bilang kenapa sih harus aku yang dipilih? Ya karena aku merasa, aku bukanlah yang terbaik. Tapi Ibuku selalu bilang enggak mungkinlah kalo guru memilih kamu karena tidak bias, pasti guru itu milih kamu karena melihat kamu itu bisa dari anak-anak lainnya. Setelah mendapat dukungan dari Ibu rasa minderku perlahan menghilang.

        Ibu adalah sandaran bagiku saatku terpuruk dan sedih. Apa-apa selalu yang tahu pertama adalah Ibuku, bukan yang lain. Aku sangat dekat dengan Ibu. Ya Ibu adalah wanita terbaikku. Ibu, terimakasih untuk 18 tahun ini. Engkau telah menjagaku dan merawatku sampai tumbuh besar. Dan maafkan anakmu ini yang belum bisa membalas kebaikan yang selama ini kau berikan dengan tulus untukku, juga kasih sayang yang selalu menentramkanku. Maafkan anakmu ini yang belum bisa membahagiakanmu. Tapi jika memang aku tidak bisa membalasnya, sebisa mungkin aku akan berusaha untuk tidak mengecewanmu. Ibu…. I Love you so much….

Minggu, 27 Oktober 2013

Melatih Strategi dan Kerja Sama dari Permainan Tradisional “Pelong”


Berbicara mengenai kenangan masa kecil, mungkin yang paling saya ingat dan ingin mengulangnya kembali adalah waktu bermain bersama teman–teman sebaya di kampung. Sungguh masa kecil yang menyenangkan, ditambah dengan suasana pedesaan yang asri juga penduduk yang ramah tamah. Biasanya sepulang sekolah saya dan teman–teman ngumpul bareng di pelataran rumah warga atau kebun–kebun yang cukup luas, dan mulai bergembira ria dengan permainan tradisional. Di desa saya banyak sekali permainan tradisional yang ngetrend seperti pelong, krempeng, jelong, umpet–umpetan, sen dan lain sebagainya.
Salah satu permainan favorit adalah pelong. Namanya agak sedikit unik dan aneh. Mungkin permainan ini ada di daerah lainnya, tapi memiliki nama yang berbeda – beda. Dulu saat aku kecil kadang sering muncul banyak pertanyaan antar sesama. Tentang asal usul permainan ini, tapi tak ada yang bisa menjelaskan. Tapi terlepas dari itu semua, saya dan teman – teman masih bisa asyik memainkannya. Jadi permainan pelong seperti ini, ada dua kelompok yang memainkannya. Mereka sama – sama memiliki untuk mengumpulkan tawanan sebanyak – banyaknya agar lebih mudah untuk merebut rumah, maka skor pun akan bertambah 1.
Biasanya di desa saya ada 2 jenis pelong yang dimainkan. Pertama, “rombongan” konsepnya : beberapa anak yang usianya lebih gede bergerombol menjadi satu team dan jumlahnya lebih sedikit kemudian sisanya team lawan yang usianya lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak. Yang kedua, “lok – lokan (duel)”. Pelong jenis ini menurut saya dirasa lebih adik dari jenis pelong yang pertama, karena di pelong jenis ini pembagian personil antara kelompok satu dengan kemlompok dua sepadan. Misalkan saya berpasangan dengan teman yang usianya sama atau pun memiliki kemampuan lari yang sama pula, setelah itu kami suit. jadi anak–anak yang bersuit menang berkelompok dengan anak – anak yang menang begitu pula sebaliknya.
Jeng … jeng …. Permainan pun dimulai. Saya dan teman sekelompok mulai memilih pohon atau tiang untuk dijadikan rumah (markas). Strategi pun dimulai dari sini, pemilihan pohon sebagai markas harus tepat. Kami memilih pohon yang sekelilingnya tidak ada penghalang seperti pepohonan lainnya, karena penghalang itu bisa digunakan lawan untuk bersembunyi. Yang penting pohon antara kelompok satu dengan kelompok dua jaraknya tidak berjauhan juga tidak berdekatan.
Yang memulai permainan ini adalah kelompok yang bersuit menang. Caranya 1 anak berada di depan pohon lawan biasanya berjarak 3 langkah, lalu dihitung dari 1 sampai tiga .. kemudian anak itu lari dan dari belakang ada yang mengejarnya dari kelompok yang kalah. Dengan catatan anak yang lari tadi tidak boleh langsung kembali ke rumahnya melainkan harus menjauh dari keduanya, karena jika itu terjadi pasti diulang. Antara mereka yang lari dikasih jarak waktu beberapa menit sampai akhirnya mereka tak terlihat lagi, maka yang stay di pohon sudah bisa beraksi. Biasanya anak–anak mulai mendekat ke daerah lawan, memancing agar lawan mengejar. Sebelum lari harus menyentuh pohon terlebih dulu. Anak yang duluan menyentuh pohon takut sama lawan yang menyentuh pohon belakangan. Kadanag itu berulang–ulang dan membuat permainan membosankan dan lemes. Maka ini adalah pintar–pintarnya pemain yang harus membuat Pelong semakin seru. Biasanya saya bersama teman–teman membuat strategi jitu agar bisa memenangkan permainan. Anak–anak memainkan tugasnya masing–masing, ada yang pergi menyusup ke tempat lawan lewat tempat yang tidak terlihat oleh lawan sampai akhirnya bisa memegang pohon lawan dari belakang, ada juga yang mengalihkan perhatian dengan cara anak berlarian mendekat, sampai akhirnya ada yang mengejar dan berlari jauh dari daerah permainan.
Apabila ada yang tertangkap lawan, maka harus di tawan dengan berdiri 5 langkah di depan pohon lawan. Maka anak yang tertahan harus menunggu kawan untuk menolongnya, dengan cara menyentuh tangannya. Permainan ini akan menjadi ramai jika yang tertahan di daerah lawan lebih banyak daripada yang berjaga di pohon sendiri. Biasanya jika akan menyentuh pohon lawan sambil berteriak “Pelooooongg ….” Maka itu tanda permainan dimulai dari awal dan skor menjadi 1–0.
Sungguh menyenangkan permainan–permainan masa kecil, yang sekarang permainan itu sudah jarang dimainkan lagi. Karena anak–anak kecil zaman sekarang cenderung lebih suka main game online. Serta permainan modern lainnya. Padahal jika permainan tradisioanal yang pada zaman sekarang dilestarikan, ada banyak manfaatnya yang bisa diambil. Seperti melatih kerjasama kelompok, melatih otak untuk berfikir dan mengatur strategi. Juga bisa menumbuhkan sikap saling bantu membantu sesama kawan, sikap itu sangat sesuai dengan kearifan lokal yang sering mengadakan kerja bakti, gotong royong dan kegiatan sosial lainnya. 

Sabtu, 26 Oktober 2013

Orange Vs Putih Abu-abu


Sinar mentari semakin panas menyengat kulit ku. Menambah pigmen kulit yang hitam semaik pekat. Angin pun tak lagi semilir. Badan pun terasa panas. Keringat pun semakin deras mengalir dari balik pakaian putih abu-abu yang terlihat kusam. Aku terus mengkipasi tubuhku yang semakin tak karuan rasanya.
Menunggu di dalam angkot orange yang entah bagaimana nasibnya. Walau menunggu angkot jalan bukan pertama kalinya. Tapi baru kali ini menunggu terlama ku. Di dalam angkot ini juga ada ibu-ibu duduk berdampingan dengan anak perempuannya yang nggak bisa diam. Tepatnya nggak betah berlama-lama di angkot ini. Aku pun terus memperhatikannya. Perlahan ibu itu membuka kaca mobil berharap angin meredakan gerahnya. Tampak kesesalan di wajah tuanya. Lalu …….
“Pak,,,!!! Cepat jalan pak ….!!!. dari tadi nggak jalan-jalan. Kasihan anak ku lah, dari tadi nangis mulu. Udah nggak betah.” Kata Ibu itu dengan suara lantang
Ya nggak marah bagaimana ?. hampir 30 menit menunggu, sudah gerah, panas ditambah anaknya yang kian rewel dan nggak bisa diem. Bukannya Pak Sopir itu bergegas menyalakan mesinnya, malah marah-marah sama Ibu-ibu itu.
“Sabar kali Bu, memangnya Ibu aja penumpangnya. Masih banyak kali penunpang yang masih jalan ke sini. Tuh Ibu bisa lihat sendiri kan ?” kata Sopir itu sambil menunjuk ke arah anak sekolahan itu.
Lalu Ibu pun hanya diam tak ingin melanjutkan debatnya. Hanya memperkeruh suasana jika dia melanjutkannya. Aku yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara.
“Sudah Bu, sabar aja. Orang seperti itu pasti kena akibatnya nanti.” Ujarku pada Ibu itu sambil ku usap keringat yang membasahi kening ku dengan telapak tangan kanan ku.
“Ya neng” ucap Ibu itu pasrah
Ku lihat dari balik-balik kaca, Pak sopir itu terus hilir mudik bagaikan setrika sambil ngobrol sama pedagang di sekitar Pos angkot ini. Lengkap dengan si garet di tangan kanannya yang terus dihisapnya sampai habis. Sempat menjengkelkan juga, mau protes sama Pak sopir entar malah nasibnya sama kaya Ibu ini. Jangan dech ……
“Ayo dek silakan masuk. Yang depan ya dek.” Kata Pak Sopir itu sambil menunjuk kea rah angkot paling depan.
Ya satu persatu penumpang mulai berdatangan, mengisi dalam angkot yang kian panas tanpa semilir angin.
“Lega ….” Ucapku dalam hati
Perlahan angkot pun terisi penuh. Kini kembali bernafas lega. Ku tatap satu per satu penumpang-penumpang itu, yang kebanyakan anak SMK. Perempuan berparas cantik itu duduk berdampingan dengan ku. Senyumnya pun tersungging menyapaku. Ku ketahui namanya Kamila dari tulisan di seragamnya. Lalu dia pu berbisik kepada ku
“Tadi ada keributan apa sih, dari kejauhan kok kayaknya banget ?” bisiknya padaku
“Ya, keributan kecil sih. Ibu ini bilang sama Pak Sopir untuk segera jalan angkotnya, karna anaknya tak sabar lagi menunggu. Apalagi anak ini mulai merengek kepanasan. Maklum lah anak kecil. Tapi bukannya Sopir ini mengiayakan, malah balik memarahi Ibu ini. Gitu ceritanya.” Kataku panjang lebar “Aku juga kesel sama sopir ini, masah tadi ngetem 30 menit, itu kan lama banget. Udah panas perut keroncongan lagi. Menyebalkan kan ?”
“Tragis. Kalau aku jadi kamu, lebih baik turun aja kali, terus cari angkot lain.” Ucap Kamila
“Pengennya sih gitu, tapi sayangnya nggak ada yang lewat angkotnya” jawabku
Pembicaraan kita pun terganggu dengan Pak Sopir yang memandangi kami dengan sangar seakan mau menerkam mangsanya dari cermin. Mengetahui itu kami pun langsung menghentikan pembicaraan, seolah tak terjadi apapun. Berharap Sopir itu tak mendengar apa yang dibicarakan aku dan Kamila. Tapi setelah ku pandangi Sopir itu, ku kira perkiraanku melenceng dari harapan. Nampaknya dia mencermati setiap kata yang terlontar dari setiap mulut kami.
“Udah Neng, kalo nggak suka sama saya bilang saja. Tidak usah ngomongin saya dari belakang.” Kata Sopir itu
“Oh, nggak pak. Siapa bilang aku ngomongin Bapak. Kayak nggak ada topik lain aja. Hehe” kataku gaje membela diri
Sopir itu pun tak menggubris pembelaan ku sedikit pun. Justru ulahnya malah menjadi-jadi, membuat aku dan penumpang lain sport jantung. Pak Sopir itu melaju di jalanan sangat ugal-ugalan. Membahayakan pengguna jalan lainnya. Di dalam angkot pun tak kalah hebohnya, kami semua saling berdesakan. Ada yang terjengkang ke kiri, kekanan dan termasuk aku yang ke segala arah. Apalagi tubuh ku yang mungil ini dengan mudahnya terpontang-panting.
“Pak kalau nyetir yang bener donk Pak !!” kata ku membentak
“Ya Pak. Kalau lagi galau, gak gini caranya. “ Kata Kamila menyambung
Geumuruh suara dari penumpang pun mulai terdengar, Pak Sopir tak menggubrisnya. Kini malah menambah kecepatan lajunya.
Aku pun teriak dengan kerasnya “Stoooooooopppp …..!!!!!!”
Pak Sopir pun ngerem mendadak aku dan penumpang lainnya pun berjatuhan dan saling berdesakan. Akhirnya aku pun turun yang masih ketakutan dan shock. Penumpang lain pun mengikuti ku dari belakang. Aku pun langsung pergi tak membayar ongkos. Pak Sopir itu sudah membuatku ketakutan. Dasar Sopir usse’. Gerutuku dalam hati. Pak sopir pun marah.
“Hey neng bayar dulu neng kalau mau pergi.”
Langkahku pun terhenti
“Aku nggak mau mbayar Pak. Bapak sudah bikin aku takut. Jelas-jelas nggak bisa nyetir, eh berani-beraninya jadi sopir. Gila …!!!” kataku
“Tidak bisa pokoknya harus bayar dulu” bentaknya
“Aku nggak mau bayar juga” sahut Kamila
“Heh…. Kamu lagi ikut-ikutan” kata Sopir
“Ya aku juga, karna bapak sudah ugal-ugalan. Dan membuat kita semua cemas” kata teman Kamila yang ku ketahui namanya
“Pokonya kalian harus bayar, enak aja mau pergi”
Aku balas tak menggubrisnya. Semakin memuncak amarahnya ketika aku bergegas meninggalkannya dan diikuti oleh penumpang lain, kecuali Ibu-ibu tadi yang masih stay di angkot bersama anak perempuannya.
“Hey kalian mau kemana ?”
Aku semakin kencang berlari diikuti lainnya. Karna Sopir itu juga turun dari angkotnya dan mengejar kami. Kami pun semakin khawatir dan ketakutan, semakin ngos-ngosan pula. Untungnya ada angkot lain dari arah belakang, masih kosong tanpa penumpang. Hanya Sopir dan keneknya. Aku pun segera menghentikannya bermaksud untuk menaikinya.
Sopir tadi yang kutinggal pun semakin kebakaran jegot. Tak peduli banyak orang yang menyaksikan.
“Bye …. Bye … see you goodbye….” Kataku dari dalam angkot dengan senyum sumringah lagi.
“Dadadada Bapak” kata Kamila menyambung sambil melambaikan tangannya ke arah Bapak itu.
“haaahhh . . .!!!!!” kata Pak Sopir marah-marah sambil memegangi kepalanya
“Lega …………” kataku dalam hati

Minggu, 06 Oktober 2013

Bilang Cinta - GAC


apa aku ini jatuh cinta sama dia, teman dekat yang sering menghabiskan waktu bersama. apapaun itu, aku sering jalan sama dia. aku ingin segera bilang cinta sama dia, bahwa aku mencintaimu dengan sepenuh hati. tapi semua itu tidak berjalan dengan mulus. aku sendiri orang yang mudah gugup dan panik serta gagap dalam hal percintaan seperti ini. cinta yang bisa membuat tidurku tidak nyenyak.
untuk itu aku berlatih menyatakan cinta kepadanya. aku tidak meminta bantuan siapapun, malu donk cuma hal seperti itu doank minta bantuan. nanti dibilang cowok penakut. jleb. Saat berlatih berpidato aku berdiri di depan kaca sambil melihat mimik wajahku apakah sudah tepat dan menghayati. dalam berlatih menyatakan cinta, akupun seperti itu. tapi kali ini membuatku lebih sulit dan semakin bingung. harus menyeleksi kata-kata yang tepat yang bisa meyakinkan bahwa aku ini benar-benar mencintainya. pokoknya agar dia 100 persen menyakininya dan menerimaku dengan tulus.
apalagi dia adalah cinta pertama dalam hidup. wanita yang sudah lama mengisi hatiku. tapi itu semua belum ku ungkapkan. aku malu, tidak berani dan grogi. perasaan tidak enak bercampur aduk menjadi satu. tapi jika aku seperti itu terus, apa nanti keburu ada cowok lain yang lebih dahulu menaklukkan hatinya. itukan lebih perih lagi buiatku. ya pokoknya aku harus berani menyatakannya. ya aku harus lebih giat lagi dalam berlatih, walaupun sedikit malu dilihatin keluarga, seharian berdiri di depan kaca, kan seperti orang gila baru.
walaupun bilang cinta itu tidak mudah, tapi aku harus tetap bisa menaklukkannya. aku harus berani untuk menyatakan cinta. entah nanti hasilnya apa, itu urusan belakangan

Selasa, 24 September 2013

Soledad Itu...


Soledad it’s a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me soledad

Ya penggalan lirik lagu yang berjudul “SOLEDAD” milik westlife itu pertama kali ku dengar saat aku masih duduk di kelas 1 SMK, walaupun mungkin lagu itu sudah ada sejak lama. Tapi entah kenapa aku baru saja mendengarnya. mungkin karena kurangnya wawasan tentang lagu mancanegara saat itu. Lebih tepatnya diperkenalkan oleh miss Eny guru bahasa inggris di sekolahku.

Karena lagu itu juga masih ada hubungannya dengan salah satu materi bahasa inggris yang diajarkannya. Lagu ini sangat multifungsi sekali di kelasku. Bisa juga buat hiburan, karena sesekali lagu itu dinyanyikan bareng-bareng sambil tepuk tangan beriringan.

Lagu itu pula menjadi salah satu andalan di kelasku. Kami mengklaim “SOLEDAD” adalah lagu kebangsaan di kelasku. Saking begitu istimewanya lagu itu harus dan wajib dinyanyikan jika ada siswa yang telat di pelajaran bahasa inggris saat itu.

Pokoknya lagu itu banyak menyimpan kenangan yang sangat sayang jika dilupakan.Sampai sekarang pun aku masih mendengarkan lagu itu. Dan entah kenapa memori-memori saat bersama-sama di kelas tiba-tiba saja memenuhi otak saya. dan akhirnya catatan tentang SOLEDAD pun terbuat.

Oh SOLEDAD....

Minggu, 01 September 2013

Awal

rasanya agak canggung setelah lama gak blogging
 
Febry Muhel Blogger Template by Ipietoon Blogger Template