Jumat, 14 Maret 2014

Paris, Coklat dan Cinta

Aku menginjakkan kaki di kota paris ini bukanlah tanpa alasan, ataupun hanya ingin menghambur-hamburkan uang saja. Walau semua tahu aku adalah Silma, anak orang kaya. Tapi aku bukanlah orang yang seperti itu. Aku ke Paris hendak mengunjungi acara besar. Aku ingin menghadiri Salon du Chocolat.. Aku tahu Paris terkenal dengan Fashionnya yang selalu menarik. Di eveny itu mereka membuat pakaian yang terbuat dari coklat. Ah, itu sangat menarik hati. Biasanya coklat-coklat itu dengan lahap ku makan. Tapi kini coklat bisa indah membaluti pakaian para model yang berjalan di atas catwalkTiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku perlahan. Aku menoleh. Kaget. Karena penepuk bahuku ada Rico, lelaki yang pernah singgah di hatiku. Kini pun masih, walau dia bukan milikku lagi. Mungkin dia telah menemukan pendamping barunya di kota penuh cinta ini.“Hai Sil, Apa kabar?” tanyanya“Aku baik Rik. Kamu apa kabar?” tanyaku“Ya, seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja. Emm… jauh-jauh dari jakarta kamu hanya ingin lihat Festival ini saja?”“Ya. Tahu sendiri kan, kalo aku penggemar coklat sejak lama.” Ucapku.Bukan Cuma itu saja Rik, aku ingin melihat wajahmu lebih lama di sini. Akankah kau kembali merajut kisah cinta padaku? Akankah?

Selasa, 04 Maret 2014

Kue Dan Persahabatan



Baru beberapa hari saja, sudah menggoreskan rasa galau di setiap hari-harinya. Sevy, siswi SMA kelas 3 ini, tengah rehat dari rutinitasnya yaitu belajar. Kini ia masih menunggu pengumumuman kelululusan yang masih beberapa minggu lagi. Penantian yang panjang. Selama waktu menunggu, ia habiskan hari-harinya di rumah. Membantu Ibu, apa saja yang ia bisa, yang penting bisa meringankan pekerjaan Ibu di dapur. Sebenarnya ia tengah merindukan teman-temannya di sekolah. Hana, Danil, Najwa, Reza. Canda tawanya, ngobrol bareng juga kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya. Beberapa waktu yang lalu mereka merencanakan sebuah acara membuat kue, tapi rencana itu hanya terucap saja tak pernah dipraktekkan.
        Sevy pun akhirnya membangkitkan dan ingin kembali merealisasikan impian yang tertunda. Lalu menyebar rencana itu ke sosmed. Mereka meresponnya dengan baik, namun Najwa yang sampai sekarang bekum memberi kejelasan sama sekali. Entah kini dia di mana. Dihubungi, tak pernah ada balasan.
***
         Keesokannya, mereka berkumpul di sekolahan. Seperti biasa di taman rerumputan itu, berkumpul anak-anak saling ngobrol satu sama lain. Ada juga yang mondar-mandir jajan karena uang sakunya masih banyak. Sevy, beserta teman lainnya ingin mengulang masa-masa seperti itu. Namun, rasanya masih sulit diwujudkan. Karena kesibukan masing-masing. Sekedar info, Sevy, Hana, Danil, Najwa dan Reza bukanlah teman sekelas. Pertemanan mereka terjalin begitu saja dengan hangat. Perkenalan mereka dimulai karena satu ekskul kepramukaan.
            Beberapa menit menunggu, Najwa tak kunjung datang ke sekolah. Mereka sudah mulai gusar.
        “Coba deh, kamu telfon Najwa sekarang.” Hana meminta tolong Sevy untuk menelpon Najwa. Kebetulan, dari mereka berempat Sevylah yang paling punya pulsa berlebih.
            Segera Sevy mengiyakan, menghubungi Najwa. Tak ada respon sama sekali. Hanya terdengar suara mbak-mbak seperti ini “Maaf, nomer yang anda hubungi sedang sibuk. Silakan hubungi beberapa saat lagi. Ya sejak tadi kata-kata itu membisiki telinga Sevy
            “Tuh kan, nomernya nggak aktif. Aku sms Najwa pun nggak dibales. Aku semakin khawatir sama dia.” Sevy semakin was-was
            “Bisa jadi, dia nggak punya pulsa juga kayak kita. Masuk akal kan?” celetuk Danil
          “Iya sih, tapi seenggaknya kalo dia memang bisa hadir, dia nggak bakalan telat kayak gini.” Sesal Reza
            “Apa mungkin dia sudah kerja sekarang?” tebak Hana
            “Kalo sudah kerja, harusnya dia punya pulsa donk.” Sambung Sevy yang mulai emosi.
            Mereka semua berunding, mau menjemput Najwa ke rumahnya atau ditinggal saja.
            “Bagaimana kalo kita sms adiknya aja, pasti dia tahu kemana Najwa sekarang.”
            Dan adiknya Najwa mengabarkan, kalau Najwa sudah kerja sekarang. Jadi kemungkinan besar, Najwa tak bisa hadir juga, karena kesibukkannya. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk langsung menuju ke rumah Sevy.
            Mereka naik angkot ke rumah Sevy. Ya, biar seru kata mereka. Apalagi cuaca hari itu cukup panas. Naik angkot adalah satu sarana yang tepat. Di angkot pun, mereka bisa lebih leluasa ngobrol tanpa harus merasakan terik matahari, yang bisa bikin baju ini basah luar dalam. Sedang sepeda mereka terparkir di sekolah.
            Selepasnya naik angkot, lantas tak seketika sampai di rumah Sevy. Mereka harus berjalan kaki ke rumah Sevy, yang jaraknya cukup jauh dan bisa membuat langkah kaki ini pegal.
            “Masih deket nggak sih rumahnya Sev,?” tanya Hana mengeluh kelelahan “Ah, rasanya kaki ini mau putus aja.”
            “Ah Payah kamu, masih beberapa meter jalan aja sudah mengeluh gitu. Bentar lagi nyampek kok. Habis ini belok kanan dan langsung sampai rumahku.” Sevy menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat teman-teman sudah mulai kecapaian.
            Ah ini sih belum apa-apa, Sevy membatin.
            Rumah berwarna hijau, mulai terlihat. Semilir angin membuat tubuh ini sedikit lega. Sesampainya di rumah Sevy, mereka langsung duduk-duduk di lantai melepas rasa capek, yang kini merajainya. Sambil memijit-mijit kaki, berharap rasa pegel itu sedikit hilang.
            Namun, rumah Sevy masih terkunci rapat. Warungnya pun, belum menunjukan adanya aktivitas sama sekali. mereka harus rela di luar menunggu Ibunya Sevy pulang. Biasanya jam 10an seperti ini, dia lagi belanja di pasar.
            “Masih lama nggak ibumu belanjanya?” tanya Reza memelas seraya membenarkan poninya yang terobrak-abrik.
            “Bentar lagi juga datang. Tunggu aja, yang sabar ya teman-teman …. Hihihi” Sevy meringis, melihat wajah kusut teman-temannya.
            Beberapa menit menanti, akhirnya Ibu Sevy datang membawa barang-barang belanjaannya yang akan dijual di warungnya. Dia menyapa dengan senyuman. Hangat dan sangat ramah.
            “Pasti sudah nunggu ibu dari tadi ya … maaf ya, pasarnya tadi rame banget. Jadi, agak telat pulangnya.”
            “Ouh, nggak apa-apa Bu,” kata mereka saling bersautan.
            Tak lupa Hana, Reza, Danil begitu juga Sevy bersalaman dan mencium tangan Ibu Sevy. Tak ingin berlama-lama di luar, Ibu Sevy membukakan pintu dan menyilakan mereka masuk ke dalam.
            Mereka sempat melihat-lihat bagian belakang rumah Sevy. Di sana ada kandang sapi, aiiiihhh … bau kotorannya sangat , menyengat di hidung. Membuat mereka tak kuat lama-lama di situ. Tak hanya itu, di kebun itu juga ada pohon jambu air yang masih banyak buahnya. Merah, kembali menggoda lidah ini. Walaupun merah, jambu itu belum matang. Jadi belum bisa dipetik. Padahal mereka ingin segerap melahapnya.
            Sevy pun menyuguhkan minuman untuk teman-temannya. Minuman itu sangat khas dan enak dilidah. Manis, dipadukan dengan rasa jahe membuat lidah ini ingin terus merasakannya. Hilang semua rasa dahaga mereka.
            “Enak nggak minumannya? Pasti enak donk.. hehehe” tanya Sevy, memuji keenakan minuman itu
            “Yups bener banget, enak kok. Enggak lebay deh di lidah.” Sambung Danil
            “Minuman ini buatan ibuku lo, makannya enak. Masih ada banyak kok, kalo mau nambah.” Sevy menunjuk ke arah dapur dengan dagunya.
            “Ah entarlah, kembung ntar perut ini. Ngomong-ngomong kapan nih kita mulai bikin adonan….” Reza tak sabar tangannya berbalut tepung.
            Mereka mulai mengeluarkan perlatan masak dari tasnya yang mereka bawa dari rumah. Mixer, coklat, wadah dan peralatan lainnya. Sedang bahan-bahan kue sudah disediakan oleh Ibu Sevy.
            Bergantian mencampur semua bahan ke wadah. Tepung, gula, coklat, keju kemudian diaduk dan terus tercampur menggunakan mixer. Mereka semua begitu antusias membuat kue ini. Tak ada yang berdiam diri, mereka semua saling membantu dan melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang mengolesi keju ke loyang, memecahkan telur dan mencampurkannya ke wadah bersama bahan-bahan lainnya. Ada yang mengaduk-aduk dengan mixer, ya pekerjaan itu akan terasa ringam jika dilakukan secara bersama-sama.
***
            Handphone Sevy berdering. Ada seseorang menelponnya. Dia adalah orang yang sejak kemarin-kemarin tak memberi kabar apapunm bahkan sampai pagi tadi di sekolah. Yupsn, bener banget. Najwa menelponnya, Sevy pun segera mengangkatnya.
            “Ini Najwa yang menelpon” dengan suara pelan Sevy memberitahukan kepada teman-temannya. Mereka menatapi Sevy, penasaran apa saja yang akan dikatakan Najwa di telpon itu.
            “An, kamu kemana aja sih? Disms nggak bales, ditelpon nggak diangkat. Inbox difacebook pun nggak pernah kamu baca, sebenarnya kamu tuh kenapa sih, nggak ngasih kabar jelas ke kita-kita. Terus kenapa kamu nggak bisa ikut acara kita hari ini. Sebenarnya aku dan temen-temen lainnya kecewa banget  kamu nggak bisa ikut” Sevy langsung mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
           Hana, Danil dan Reza geleng-geleng mendengar percakapan itu. Tak menyangka Sevy bisa secerewet itu.
          “Iya … ya Aku minta maaf sama kamu, juga sama temen lainnya. Dan aku tak bermaksud menghilang, sekarang aku sudah kerja, jadi aku sedikit sibuk tidak seperti hari-hari sebelumnya.”
            “Terus sekarang kamu ada di mana? Kenapa baru nelpon sekarang sih?”
            Najwa tak langsung menjawab pertanyaan Sevy. Dia terdiam. “E… e…. aku….” Kata Najwa terbata-bata.
            “Aku … aku … kenapa sih kamu, tiba-tiba gagu. Ah semakin curiga nih aku …”
            “Aku sebenarnya sedang jalan sama pacarku, maaf …..”
            “Jadi ….” Sevy mulai kecewa. Sevy pun menutup teipon dengan tangannya dan menyingkirkannya dari telinga
            “Najwa sedang jalan sama pacarnya ternyata …” Kata Sevy memberitahukan ke teman-temannya.
            Mendengar itu mereka semua kaget. Pekerjaan mereka terhenti seketika. Mereka kecewa karena Najwa lebih mementingkan urusan dengan pacarnya dari pada acara bersama sahabatnya. Seketika itu pula, Hana berdiri dan menghampiri Sevy yang tengah duduk di sofa. Hana meminta hanphone Sevy untuk bicara pada Najwa.
            “Halo Naj, kenapa sih kamu nggak ikut acara kita. Kita sudah menunggu kamu di sekolah, terus sekarang kamu mengabarkan kalo kamu sedang jalan sama pacar nggak pentingmu itu.”
            “Maaf Han, aku tak bermaksud untuk seperti itu. Maaf, kalo beberapa waktu ini aku menghilang begitu saja tanpa kabar. Maaf kalo aku sudah membuat kalian menunggu lama. Aku tak bisa hadir, karena aku sudah terlanjur ada janji. Jadi maafin aku ya karena nggak bisa hadir kali ini. Mungkin, lain waktu aku akan usahain.”
            “Lain waktu kapan? Nanti hari-hari kita sudah akan semakin sibuk. Mungkin nanti, akan ada yang kuliah ke luar kota. Jadi susah buat kumpul-kumpul seperti ini lagi. Tapi kamu menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Aku kecewa banget sama kamu.” Emosi Hana semakin membahana.
            Tak kuat melihat pertegangan ini. Danil dengan cepat merebut handphone itu dan mendekatkannya ke kupingnya. Sontak membuat Hana terkejut.
            “Hai Naj, kita semua memaafkanmu kok. Maafin kami semua ya, yang sudah marah-marah sama kamu. Kami tak bermaksud untuk itu, kami hanya sedikit kecewa.”
            “Makasih atas pengertian kalian. Sekali lagi aku minta maaf ya.
***
            Adonan sudah selesai dibuat. Lalu dituangkan ke dalam loyang dan siap untuk dioven. Mereka menggunakan oven tradisional. Oven yang ditumpangkan dan dipanaskan di atas kompor. Proses pematangannya sedikit lama dari oven biasa, mereka pun sesekali mengecek, apakah kue sudah bisa diangkat atau masih harus menunggu beberapa menit lagi.
          Sambil menunggu kue mateng. Mereka saling bercanda satu sama lain. Ada saja obrolan yang membuat mereka tertawa terbaha-bahak, sampai keluar air mata saking lucunya. Juga menghabiskan makanan atau minuman yang sudah tersuguhkan sejak tadi di meja. Kenyang dan puas. Sepertinya perumpaan ‘tamu adalah raja’ benar-benar terjadi di rumah Sevy. Ibunya sangat memberlakukan mereka dengan sangat baik. Tak sungkan-sungkan membuat makanan yang enak untuk mereka.
           Tiba-tiba saja dari arah belakang adik Sevy yang baru bangun tidur berlari ke arah ruang tamu dengan wajah panik dan takut. Sontak membuat Sevy dan kawan-kawan terhenti bercanda.
            “Kak… kak .. itu…” kata Adik Sevy panik seraya menunjuk ke arah dapur dengan tangannya.
            “Itu itu apa dek? Jangan buat kakak panik gitu deh…”
            “Itu kak kompornya kebakaraaan …”
            Mereka berlari menuju dapur. Benar apa yang dikatakan si adik, nyala api sangat besar menyala. Reza berusaha menurunkan over ke bawah. Api sudah ditiup berkali-kali, tetap menyala besar. Mereka semakin panik, tak ingin Si Jago Merah menular kemana-mana. Dengan gagah dan berani, Danil datang membawa lap basah. Segera lap itu ditumpangkan di atasnya. Seketika itu kompor pun padam. Mereka pun bersorak bergembira, karena kepanikan mereka bisa terhenti juga. Semuanya mengucapkan terimakasih, Danil bak ‘pahlawan 5 menit’.
            Hana mengecek texture  kue dengan menusukan lidi kecil. Setelah dirasa sudah matang, akhirnya kue buatan mereka sudah bisa diangkat dan siap disajikan. Baunya sangat menggoda hidung, si lidah sudah tak sabar menyicipinya. Begitu kue itu dipotong, mereka terkejut dengan kue bagian dalam. Kue yang berisikan selai strawberry itu terlihat tak maksimal. Ada beberapa bagian yang terlihat kurang matang. Namun hasil akhir tak begitu mengecewakan. Mereka sangat puas dengan kue buatan mereka sendiri. Dan mereka sangat senang bisa melewati tahapan-tahapan ini sampai selesai. Kue ini layaknya simbol persahabatan mereka. Mungkin hasilnya tak sebagus dengan kue-kue yang terpajang di toko, tapi menghasilkan rasa yang tak akan pernah terlupakan. Begitu juga dengan persahabatan mereka, tak selalu mulus sejalan. Selalu ada konflik di tengah-tengah mereka, tapi mereka selalu menyelesaikannya dengan baik. Dan kue ini menjadi saksi bisu bahwa mereka pernah sama-sama merasakan enaknya persahabatan seperti kue yang dibuatnya.



Selasa, 11 Februari 2014

Wajah Desaku

Sumber : Google

Dulu kau dipandang kini kian direndahkan
Semua karena manusia-manusiamu
Mulai berontak dengan rutinitasnya

Oh desaku...
Kini kau bejat bagai sang kafir
Tanpa pandang norma yang telah lampau terukir
Hanya karna manusia yang bertindak tanpa pikir
Cukup memuaskan nafsu sang iblis, kafir

Oh desaku ...
Rakyatmu kini telah melupakan
Wejangan-wejangan para leluhur
Perlahan dan pasti
Kau akan jadi kenangan rapuh
Tanpa peduli tanpa arti
Cabuli saja desaini wahai para manusia jahannam
Telanjangi, kan terkuak segala boroknya
Biar orang jauh di sana
Makin puas mencaci
Menginjak harga diri desa ini

Oh desaku ...
Maafkanlah aku hanya terpaku
Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongmu
Mencomot segala keterpurukanmu

Karna aku hanyalah sang waktu

Minggu, 02 Februari 2014

Yang Penting Uang

Aku bosan aku benci

melihat wajah-wajah caleg itu sedetik saja

bertebaran berjejeran

seperti barisan anak TK lagi jalan-jalan

nanti pemilu kelak

aku tak mau memilih

mereka memberiku uang 50 ribu ah tak mau

150 ribu? ah aku …

250 ribu? aku mau memilih

hidup uang, caleg no

Sabtu, 11 Januari 2014

Lomba Teenligi 2014

Assalamu’alaikum,
Kali ini, Redaksi Teen dan Young Adult DIVA Press mengadakan sebuah lomba bertema: “Be Teen, Go Religious!”. Lomba kali ini terbuka buat kamu yang beragama Islam dan menyukai dunia menulis nonfiksi genre agama untuk kalangan remaja.
Lomba akan dibuka mulai 15 Januari 2014 dan ditutup 28 Februari 2014 pukul 23.00 WIB.

Ketentuan:
1. Tema bebas, dengan memenuhi 2 kriteria utama:
  • Bermuatan agama Islam
  • Dikemas untuk  konsumsi remaja
Silakan terlebih dahulu membaca beberapa judul berikut untuk mengetahui tema-tema yang sudah pernah dibahas dan karakter penulisan yang diinginkan penerbit.
  • Nyengir Ketupat (Haris Hirawling)
  • All About Teen Idols (Haris Hirawling)
  • Aku Pasti Bisa (Anico Laranta)
  • Tahajjud-Minded (Iqro’ Firdaus)
  • Dating Yes or No? (Muhammad Areya Laranta & Fathimah Anico Laranta)
  • Kalo Cinta Jangan Ngajak Setan Dong! (Muhammad Areya Laranta)
2. Ketebalan naskah 120-150 hlm MS Word, font Times New Roman, size 12,  spasi 2, justified/rata kiri dan kanan, margin 4cm (atas/kiri) 3cm (kanan/bawah), ukuran kertas A4
3. Naskah adalah karya perseorangan
4. Gunakan gaya bahasa yang ringan
5. Silakan mengirimkan naskah via email: btgr2014divapress@gmail.com dengan format judul/subject email: Nama penulis-judul naskah. Contoh: Siti Avifah-Baru Sweet 17 Udah Jago Sedekah
6. Format nama file word naskah: Nama penulis-judul naskah. Contoh: Siti Avifah- Baru Sweet 17 Udah Jago Sedekah
7. Bodi email dibiarkan kosong.
8. Lengkapi dengan ringkasan lengkap naskah, daftar isi, footnote (catatan kaki), dan daftar pustaka (80% dari buku, 20% dari internet dan lainnya).
9. Lengkapi pula dengan biodata narasi lengkap (mencantumkan tempat tanggal lahir, karya yang pernah diterbitkan (jika ada), aktivitas yang sesuai dengan naskah yang ditulis, dan sebagainya. Maksimal 1 halaman spasi 2.
10. Jangan lupa mencantumkan no. HP, twitter, facebook, dan blog pada halaman depan naskah agar mudah dihubungi oleh pihak panitia lomba.

Penjurian
Penjurian akan dilakukan oleh tim redaksi selama 1 bulan sejak lomba ditutup.

Hadiah
Juara 1 berhak mendapatkan:
  • 1 unit netbook
  • 3 kontrak penerbitan (1 untuk naskah lomba, 2 untuk naskah berikutnya dengan ketentuan acc ide atau order penerbit)
  • 5 sampel buku
Juara 2 dan 3 berhak mendapatkan:
  • 3 kontrak penerbitan (1 untuk naskah lomba, 2 untuk naskah berikutnya dengan ketentuan acc ide atau order penerbit)
  • 5 sampel buku
7 naskah nominator lainnya masing-masing akan mendapatkan:
  • 1 kontrak penerbitan naskah
  • 5 sampel buku
Jadi, buat kamu yang pingin berbuat kebaikan sambil berkarya, ikutan deh yang satu ini!!

Sumber : Blogdivapress

Minggu, 05 Januari 2014

Satu [.] Cinta



Senyuman itu lewat begitu saja di depan kelas Tika. Kala itu masih sepi. Belum banyak yang datang di kelasnya. Senyuman yang biasanya tak pernah ia dapatkan saat menyapanya. Sekarang hadir tanpa diundang tertuju padanya. Membuat hati Tika tak henti-hentinya bahagia. Senyuman itu, apakah ini tanda-tanda lampu hijau untukku?. Gumam Tika penuh tanya. Pemilik senyuman manis itu bernama Leo. Kakak kelas Tika yang sejak dua minggu ini berpendar dalam pikirannya. Lelaki dengan sejuta pesona, menyihir wanita manapun yang melihatnya. Lelaki yang tak bisa membuatnya tidur saat malam tiba. Lelaki yang sering muncul dalam lamunannya.

Sejak Leo lewat sampai menghilang memasuki kelasnya. Tika masih saja duduk melongo di tengah-tengah pintu kelas. Bahkan ia tak sadar, tingkah konyolnya ditertawakan anak-anak yang mulai berdatangan.
“Woy, ngelamun aja. Enggak malu apa, diliatin banyak orang” suara cempreng Andah tiba-tiba muncul begitu saja.
Tapi Tika tak bergeming. Andah pun mendekatkan mulutnya di telinga Tika dan berteriak sekeras-kerasnya. Semua yang mendengar, pandangannya segera menujunya. Menyadari suara cemprengnya menjadi pusat perhatian, Andah segera menghentikannya. Ups, kelepasan. Itu pula yang membuat Tika sadar dari lamunan panjangnya.
“Kebakaran… kebakaran!” reflek kata-kata itu keluar dari mulut Tika. Urin-uringan.
“Woy, nggak ada kebakaran di sini. Adanya, gue yang kebakaran jenggot. Kenapa sih lo, disapa enggak jawab-jawab. Ngelamun aja, lagi mikirin siapa hayo?”
“Leo, eh” lagi-lagi keceplosan, sambil menutupu mulutnya dengan kedua tangan dan menjauhkan mulutnya dari hadapan Andah.
“Hmm, enak nih pagi-pagi sudah ngelamunin Leo. Enggak bosen ngelamunin Leo? Enggak coba ngelamunin Riko aja?”
“Riko, si anak basket itu. Hidih, ogah. Kayak enggak ada kerjaan lain aja.”
“Nah itu tau. Emang lo ngelamunin Leo terus enggak ada kerjaan apa?”
“Setidaknya itu lebih baik dari pada harus ngelamunin Riko yang tingkahnya tengil enggak ketulungan” ucap Tika membela diri.
“Hidih nggak mau kalah, udah deh gue nyerah.”
“Oh ya, gue itu lagi seneng sekarang. Pagi-pagi sudah disambut dengan senyuman manis dari lelaki itu.” Ucapnya terpancar kebahagian dari sorot matanya yang berbinar-binar. Andah tahu itu.
“Lelaki siapa?”
“Siapa lagi, kalo bukan orang yang selalu ada dalam lamunanku selama ini.”
“Serius? Jangan-jangan tadi lo Cuma mimpi.” Andah kurang percaya
“Ih nggak percaya. Tadi gue ngelamun sampe lo teriak-teriak enggak jelas. Gara-gara apa coba? Gara-gara Leo senyum padaku. Inikan momen yang langka.”
“Ada angin apa ya? Jangan-jangan dia mulai suka sama lo kali.”
“Aku kira seperti itu.”
“Pasti ide-ide buat nulis cerpen semakin mengalir deras nih?”
“Itu pasti.”
Karena bel jam pelajaran pertama sudah bunyi. Obrolan mereka pun terhenti. Tanpa sadar, saking menikmati obrolannya. Mereka telah menghalangi anak-anak untuk masuk ke ruang kelas. Setelah teman-teman sekelas marah-marah. Tika dan Andah baru menyadarinya. Nyengir bersama.
****
“Oh ya tadi gue belom ngomong sama lo tentang kabar baik lainnya.” Ungkap Tika. Mereka berdua berjalan menuju depan kelas, baru saja jajan di kantin.
“Wah apa itu? Kepo nih.”
“Novel pertamaku sudah diacc dan beberapa hari lagi akan terbit. Seneng banget pokoknya, ini  kan impian aku sejak lama. Akhirnya terwujud juga.”
“Selamat ya, wah bakal ada yang makan-makan nih. Impianmu sebagai penulis tak perlu lagi diragukan. Kan sudah punya buku. Hehehe” Andah merasa bangga memiliki seorang teman yang kini sedikit menampakkan sayap kesuksesannya. Mereka berpelukan, tak peduli murid lainnya memandangi dengan keheranan. “Nanti aku bantuin promo deh”
“Makasih An, kamu memang teman yang paling mengerti”
Jam-jam istirahat seperti ini memang murid-murid banyak yang menghabiskan waktunya di kantin-kantin sekolah daripada harus duduk-duduk di kelas. Seperti di kelas mereka yang tampak sepi tak ada orang satupun. Teman-teman lainnya ada yang jajan di luar gerbang sekolah ada juga yang bercengkrama sambil duduk di kelas. Andah dan Tika pun bermaksud untuk gabung dengan mereka. Tak jauh dari tempat mereka duduk terdengan suara dua cewek ngomongi Leo. Itu membuat mereka penasaran, perlahan Andah dan Tika menggeser posisi duduk mereka. Supaya pembicaraan kaka kelas itu bisa terdengar lebih jelas. Andah dan Tika senyum-senyum nyengir, ketika teman-teman menegurnya keheranan.
“Dia baru menang lomba memodifikasi motor, makanya tadi traktir kita.” Kata cewek berambut pendek.
“Wow, hebat ya. Pasti cewek-cewek lainnya semakin jatuh cinta”
Jelas ini membuat Tika sedih. Ini ancman dan bahaya yang mematikan baginya. Anda mengelus pelan pundak Tika berusaha menenangkan.
“Pantes tadi ngebales senyuman gue. Biasanya kan dingin dan cuek banget.”
“Nah itu, dia kalo lagi seneng memang murah senyum banget. Kita beruntung saat ini. Tapi beberapa hari lagi pasti cuek lagi.”
Hati Tika seketika layu mendengar cerita itu. Andah mencoba menenangkan tapi Tika terus berontak ingin menemui Leo di kelas. Jelas-jelas ini tingkah yang konyol, Andah melarangnya. Tika kekeh, Andah tak bisa berbuat apa-apa. Dia mengikuti Tika menuju kelas Leo.
Braak…. Suara keras mengagetkan Leo yang tengah menulis. Jelas-jelas Leo kesal dengan ulah Tika yang seenaknya itu. Murid-murid yang masih sibuk di bangkunya masing-masing akhirnya mendekat dan berkumpul di TKP.
“Maksud lo apa? Ganggu gue lagi nulis?”
“Enggak usah sok-sok nulis deh lo kak. Maksud lo apa tadi senyum-senyum modus sama gue?”
“Oh jadi lo merasa ge-er disenyumin gue. Enggak salah donk gue senyum sama siapapun termasuk sama loe. Jadi, lo pikir gue ada rasa sama lo. Enggaklah. Dasar cewek over PD.”
Kata-kata pedas keluar dari mulut Leo, membuat harga diri Tika semakin terpuruk. Semakin geram. Ia tidak bisa terima ini.
“Ah lo, dasar cewek ’13 Puisi’. Masih berani loe nampakin diri ke kita-kita? Hahahaha” sahut salah satu teman Leo meledek. Yang lain pun ikut menertawakan.
Andah kembali menenangkan. Menasehatinya agar menyudahinya. Tika tetap ingin disitu memuntahkan segala amarahnya.
“Jahat loe kak, berani-beraninya menyakiti hati seorang perempuan yang mencintai lo. Apa hati lo tak terketuk sedikitpun, ha?”
“Itu salah lo sendiri yang keras kepala, gue sudah bilang nggak cinta sama loe. Tapi lo tetep ngejer gue. Itu kesalahan loe, kenapa gue yang disalahin?”
“Jahat loe.” Air mata Tika tumpah. Mereka jadi saksinya. Kesedihan begitu mendalan dirasakannya. Akhirnya Tika menyerah, ia meninggalkan kelas itu. Sebelum meninggalkan kelas itu, Andah mengatakan sesuatu tepat di depan wajah Leo.
“Setidaknya lo tidak berkata kasar sama dia. Jahat banget sih lo, jadi cowok tidak peka.”
****
Tika masih dengan kesedihannya, tak menyangka kejadian pahit bertubi-tubi diterimanya. Dan ini tentang cinta.
“Yang sabar ya Tik. Ambil saja semua hikmahnya ya.”
Tika dengan erat memeluk Andah, melepas segala rasa sesak di dada.
“Aku tahu, lo pasti sangat sedih dengan kejadian ini. Tapi lo nggak perlu nangis terus kayak gini. Kasian kan mata lo sampe bengkak kayk gitu.”
Andah mencoba menghibur hati Tika, walau rasanya sulit. Lama-kelamaan hati Tika sedikit tenang dari sebelumnya. Air matanya pun tak lagi mengalir.
Dering ponsel Tika mengagetkan. Sms masuk. Begitu melihat siapa pengirimnya, Tika kaget dan tak sabar ingin segera membaca isi pesan itu.
Awal tahun  akan kami jadwalkan peluncuran buku anda. Mohon kerja samanya

Aiyaaa! - JK feat. Jokowi, Abraham Samad, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Najwa Sihab




Hmm, video di atas itu lucu dan bikin ngakak. salut deh buat orang yang sudah membuatnya. lucu dan kreatif
diberi judul “Aiyaaa! - JK feat. Jokowi, Abraham Samad, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Najwa Sihab”Ini ada teks liriknya. mungkin kalo ada yang mau dijadikan status facebook seru juga. tinggal copy-paste aja biar cepet. hehehe

seorang pemimpin yang paling pentingintegritas harus bereskita membutuhkan, pemimpin yang trus menerusmenegakkan kebenaranrakyat butuh figur baruyang slalu optimisgak banyak berkeluh kesahbukan yang bertingkah palsudan yang ingkar janjidan yang tidak, tidak tahu diri

Aiaaa!
Pemimpin bangsa harus pelan-pelanmenebas para koruptorya tentu saja harus punya ketegasanmenebas para koruptorthat’s right itu bisa diatasithat’s right kita bekerja untuk masyarakat
tidak, tidak ada kepentingan
publik mesti melihat lebih dalam lagi
siapa pemimpin yang peduli
seberat apapun masalah bangsa
itu bisa diatasi
pemimpin itu mendobrak keadaan
bukan mengokohkan kemapanan

Aiaaa!
Pemimpin bangsa harus pelan-pelan
menebas para koruptor
ya tentu saja harus punya ketegasan
menebas para koruptor
ya tentu saja harus
punya ketegasan menegakkan hukum
tanpa syarat pada siapapun
semuanya demi bangsa

Sumber : http://hiburan.kompasiana.com/musik/2014/01/05/aiyaaa-jk-feat-jokowi-abraham-samad-anies-baswedan-ganjar-pranowo-dan-najwa-sihab-625653.html
 
Febry Muhel Blogger Template by Ipietoon Blogger Template