Aminah turun dari kereta itu. Perjalanan
yang membosankan di dalam. Ia terus menggeret koper yang berisikan pakaian dan
barang-barang lainnya. Ia kembali menginjakkan kakinya di tanah jogja. Ingin
mengingat momen-momen indah bersama kekasihnya di jogja. Sang kekasih terlebih
dulu meninggalkannya. Tak akan pernah kembali dalam pelukanya lagi. Ia ingin
mengunjungi pantai drini. Di mana tempat itu adalah tempat terakhir yang ia
lewatkan bersama sang kekasih. Kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
Lalu Aminah duduk di bangku sekitar
taman stasiun. Sekedar beristirahat, menghirup udara segar. Memandangi lalu
lalang orang keluar masuk stasiun kereta.
Tiba-tiba tangan lelaki tak
dikenalnya itu merebut ponsel di tangannya. Sontak membuatnya kaget. Pencuri itu
sempat menoleh ke arah Aminah sesaat setelah merebut ponselnya. Tatapan mata
itu membuat Aminah terperanjat. Bahkan mulutnya akan berteriak pencuri, kini
diurungkannya. Tatapan mata itu sangat dikenalnya.
“Mata itu,,,” kata Aminah pelan tak
percaya.
Ia pun segera berdiri dan berusaha
mengejar pencuri itu. Kopernya dibiarkan berdiam di sekitar banku itu. Aminah berusaha
lari dan memanggil-manggil pencuri itu dengan sebutan Mas bukan pencuri. Walau cukup
sulit, karena saat itu Ia mengenakkan rok panjang, tapi Aminah terus berusaha mengejarnya.
“Mas... mas... tunggu!!” teriak
Aminah
Pencuri itu menoleh tapi ia tetap
lari tak berhenti. Dan akhirnya pencuri itu tak terlihat lagi entah kemana. Nafas
Aminah terengah-engah. Kemudian berhenti dan duduk di bangku yang ada di
sekitar itu.
Pencuri itu berhenti di salah satu
tempat persembunyiannya. Kemudian memainkan ponsel yang ada di tangannya dengan
bahagia.
“Ponsel yang cukup bagus. Kalo dijual,
pasti bisa laku banyak.”
Kemudian ia mengaktifkan ponsel itu.
Begitu melihat wallpaper yang ada di ponsel itu ia terperangah kaget. Begitu ia
tahu, bahwa foto wanita itu pernah dilihatnya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah
foto dari saku belakang celananya. Kemudian menjejerkan foto itu dengan ponsel.
Alhasil sama, ini wanita yang sama. Pikirnya
membatin.
Ia berbalik arah, mencari dan
menemui wanita itu. Begitu ia melihat wanita itu sedang duduk di bangku. Ia segera
menghampirinya. Perlahan ia menyodorkan ponsel itu ke wanita itu. Aminah
berdecak heran, melihat pencuri yang mengembalikan hasil curiannya ke
pemiliknya.
“Aku minta maaf, karena telah
mencuri ponselmu. Aku mengaku salah.”
“Tunggu, apa aku enggak salah
dengar?” tanya Aminah keheranan.
“Enggak, boleh aku duduk bersamamu?”
“Ya silakan, asal kamu tidak
macam-macam dan berjarak 5 jengkal”
Kenapa
aku merasa luluh dan iba dengan wanita ini? Bahkan aku tidak mengenalnya sama
sekali? Lagi lagi lelaki itu membatin.
Aminah kembali memperhatikan.
“Tatapan matamu, tatapan yang sangat
aku kenal. Tatapanmu mengingatkan pada seseorang yang sangat aku cintai. Kenapa
kamu seperti itu, kenapa tatapan itu begitu persis?” Aminah terus bertanya, ia
tak bisa menahan air matanya. Lelaki itu kembali merasa iba, ia tak tega
melihat wanita di hadapannya menangis. Bukan perasaan biasa.
“Kenapa kau begitu tergila-gila
dengan tatapan mataku?”
“Tatapan matamu mengingatkanku pada
kekasihku yang telah lama pergi untuk selama-lamanya.”
“Apa dia adalah Aziz?” tanya lelaki
itu
Aminah kembali heran. Kenapa lelaki ini bisa tahu nama pacarnya? Dari
mana ia mengetahuinya?
“Mungkin kamu belum tahu ini. Dan saya
sangat bersyukur karena akhirnya bertemu denganmu, setelah sekiam lama
mencarimu. Jadi....” cerita lelaki ini membuat Aminah semakin sedih sekaligus
terharu.
Aminah sangat menghargai kebaikan
Aziz terhadap lelaki di hadapannya. Di balik semua itu, agar Aziz bisa terus
melihat wanita yang dicintainya walau ia telah jauh di sana.
Cerpen ini diikutkan event #CeritaPencuri yang diadakan oleh #KampusFiksi OK