Selasa, 31 Desember 2013

Cinta Dalam Bisu


Cinta yang semestinya untukmu
Kini hanya menggantung di ujung bibirkuTerhenti sebelum ku ucap padamuAku tak bisa berkata apa-apaBerdiri di hadapanmuHanya terpesona melihat keindahanmuKian mendamaikan hatiPikiran dan hati yang menggebuNamun tetap tetap tak terucap secuilpunAku seperti pujangga yang kehilangan diksi terindahnyaSeonggok kasih tlah ku miliki untukmuTapi aku hanya menelan kepahitan ini


Walau rindu kian menyengsarakan hati

Cinta Di Ujung


Cinta… pada seseorang di ujung sana
Berdecak pada senyumannya
Kian menawan
Tapi cintaku ini hanya tersimpan rapi
Dalam dada yang sepi
Mulut tersegel tanpa ada kunci yang membuka
Mengatakan ‘aku’ pun tidak
Pada wanita yang mendiami hati sejak lama
Cinta…. Pada seseorang diujung sana
Cinta dalam diam
Cinta tak menyuarakan hati kepadanya
Cinta yang hanya membuat nafas ini sesak

Cinta dengan batas sejengkal pun

Minggu, 08 Desember 2013

Sang Pencuri

            Aminah turun dari kereta itu. Perjalanan yang membosankan di dalam. Ia terus menggeret koper yang berisikan pakaian dan barang-barang lainnya. Ia kembali menginjakkan kakinya di tanah jogja. Ingin mengingat momen-momen indah bersama kekasihnya di jogja. Sang kekasih terlebih dulu meninggalkannya. Tak akan pernah kembali dalam pelukanya lagi. Ia ingin mengunjungi pantai drini. Di mana tempat itu adalah tempat terakhir yang ia lewatkan bersama sang kekasih. Kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
            Lalu Aminah duduk di bangku sekitar taman stasiun. Sekedar beristirahat, menghirup udara segar. Memandangi lalu lalang orang keluar masuk stasiun kereta.            
            Tiba-tiba tangan lelaki tak dikenalnya itu merebut ponsel di tangannya. Sontak membuatnya kaget. Pencuri itu sempat menoleh ke arah Aminah sesaat setelah merebut ponselnya. Tatapan mata itu membuat Aminah terperanjat. Bahkan mulutnya akan berteriak pencuri, kini diurungkannya. Tatapan mata itu sangat dikenalnya.           
            “Mata itu,,,” kata Aminah pelan tak percaya.            
            Ia pun segera berdiri dan berusaha mengejar pencuri itu. Kopernya dibiarkan berdiam di sekitar banku itu. Aminah berusaha lari dan memanggil-manggil pencuri itu dengan sebutan Mas bukan pencuri. Walau cukup sulit, karena saat itu Ia mengenakkan rok panjang, tapi Aminah terus berusaha mengejarnya.            
            “Mas... mas... tunggu!!” teriak Aminah            
            Pencuri itu menoleh tapi ia tetap lari tak berhenti. Dan akhirnya pencuri itu tak terlihat lagi entah kemana. Nafas Aminah terengah-engah. Kemudian berhenti dan duduk di bangku yang ada di sekitar itu.             
           Pencuri itu berhenti di salah satu tempat persembunyiannya. Kemudian memainkan ponsel yang ada di tangannya dengan bahagia.            
           “Ponsel yang cukup bagus. Kalo dijual, pasti bisa laku banyak.”           
           Kemudian ia mengaktifkan ponsel itu. Begitu melihat wallpaper yang ada di ponsel itu ia terperangah kaget. Begitu ia tahu, bahwa foto wanita itu pernah dilihatnya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah foto dari saku belakang celananya. Kemudian menjejerkan foto itu dengan ponsel. Alhasil sama, ini wanita yang sama. Pikirnya membatin.           
           Ia berbalik arah, mencari dan menemui wanita itu. Begitu ia melihat wanita itu sedang duduk di bangku. Ia segera menghampirinya. Perlahan ia menyodorkan ponsel itu ke wanita itu. Aminah berdecak heran, melihat pencuri yang mengembalikan hasil curiannya ke pemiliknya.           
           “Aku minta maaf, karena telah mencuri ponselmu. Aku mengaku salah.”           
           “Tunggu, apa aku enggak salah dengar?” tanya Aminah keheranan.            
           “Enggak, boleh aku duduk bersamamu?”            
           “Ya silakan, asal kamu tidak macam-macam dan berjarak 5 jengkal”            
           Kenapa aku merasa luluh dan iba dengan wanita ini? Bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali? Lagi lagi lelaki itu membatin.            
           Aminah kembali memperhatikan.            
           “Tatapan matamu, tatapan yang sangat aku kenal. Tatapanmu mengingatkan pada seseorang yang sangat aku cintai. Kenapa kamu seperti itu, kenapa tatapan itu begitu persis?” Aminah terus bertanya, ia tak bisa menahan air matanya. Lelaki itu kembali merasa iba, ia tak tega melihat wanita di hadapannya menangis. Bukan perasaan biasa.            
          “Kenapa kau begitu tergila-gila dengan tatapan mataku?”            
          “Tatapan matamu mengingatkanku pada kekasihku yang telah lama pergi untuk selama-lamanya.”            
           “Apa dia adalah Aziz?” tanya lelaki itu            
           Aminah kembali heran. Kenapa lelaki ini bisa tahu nama pacarnya? Dari mana ia mengetahuinya?
            “Mungkin kamu belum tahu ini. Dan saya sangat bersyukur karena akhirnya bertemu denganmu, setelah sekiam lama mencarimu. Jadi....” cerita lelaki ini membuat Aminah semakin sedih sekaligus terharu.
            Aminah sangat menghargai kebaikan Aziz terhadap lelaki di hadapannya. Di balik semua itu, agar Aziz bisa terus melihat wanita yang dicintainya walau ia telah jauh di sana. 


Cerpen ini diikutkan event #CeritaPencuri yang diadakan oleh #KampusFiksi OK
 
Febry Muhel Blogger Template by Ipietoon Blogger Template