Minggu, 27 Oktober 2013

Melatih Strategi dan Kerja Sama dari Permainan Tradisional “Pelong”


Berbicara mengenai kenangan masa kecil, mungkin yang paling saya ingat dan ingin mengulangnya kembali adalah waktu bermain bersama teman–teman sebaya di kampung. Sungguh masa kecil yang menyenangkan, ditambah dengan suasana pedesaan yang asri juga penduduk yang ramah tamah. Biasanya sepulang sekolah saya dan teman–teman ngumpul bareng di pelataran rumah warga atau kebun–kebun yang cukup luas, dan mulai bergembira ria dengan permainan tradisional. Di desa saya banyak sekali permainan tradisional yang ngetrend seperti pelong, krempeng, jelong, umpet–umpetan, sen dan lain sebagainya.
Salah satu permainan favorit adalah pelong. Namanya agak sedikit unik dan aneh. Mungkin permainan ini ada di daerah lainnya, tapi memiliki nama yang berbeda – beda. Dulu saat aku kecil kadang sering muncul banyak pertanyaan antar sesama. Tentang asal usul permainan ini, tapi tak ada yang bisa menjelaskan. Tapi terlepas dari itu semua, saya dan teman – teman masih bisa asyik memainkannya. Jadi permainan pelong seperti ini, ada dua kelompok yang memainkannya. Mereka sama – sama memiliki untuk mengumpulkan tawanan sebanyak – banyaknya agar lebih mudah untuk merebut rumah, maka skor pun akan bertambah 1.
Biasanya di desa saya ada 2 jenis pelong yang dimainkan. Pertama, “rombongan” konsepnya : beberapa anak yang usianya lebih gede bergerombol menjadi satu team dan jumlahnya lebih sedikit kemudian sisanya team lawan yang usianya lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak. Yang kedua, “lok – lokan (duel)”. Pelong jenis ini menurut saya dirasa lebih adik dari jenis pelong yang pertama, karena di pelong jenis ini pembagian personil antara kelompok satu dengan kemlompok dua sepadan. Misalkan saya berpasangan dengan teman yang usianya sama atau pun memiliki kemampuan lari yang sama pula, setelah itu kami suit. jadi anak–anak yang bersuit menang berkelompok dengan anak – anak yang menang begitu pula sebaliknya.
Jeng … jeng …. Permainan pun dimulai. Saya dan teman sekelompok mulai memilih pohon atau tiang untuk dijadikan rumah (markas). Strategi pun dimulai dari sini, pemilihan pohon sebagai markas harus tepat. Kami memilih pohon yang sekelilingnya tidak ada penghalang seperti pepohonan lainnya, karena penghalang itu bisa digunakan lawan untuk bersembunyi. Yang penting pohon antara kelompok satu dengan kelompok dua jaraknya tidak berjauhan juga tidak berdekatan.
Yang memulai permainan ini adalah kelompok yang bersuit menang. Caranya 1 anak berada di depan pohon lawan biasanya berjarak 3 langkah, lalu dihitung dari 1 sampai tiga .. kemudian anak itu lari dan dari belakang ada yang mengejarnya dari kelompok yang kalah. Dengan catatan anak yang lari tadi tidak boleh langsung kembali ke rumahnya melainkan harus menjauh dari keduanya, karena jika itu terjadi pasti diulang. Antara mereka yang lari dikasih jarak waktu beberapa menit sampai akhirnya mereka tak terlihat lagi, maka yang stay di pohon sudah bisa beraksi. Biasanya anak–anak mulai mendekat ke daerah lawan, memancing agar lawan mengejar. Sebelum lari harus menyentuh pohon terlebih dulu. Anak yang duluan menyentuh pohon takut sama lawan yang menyentuh pohon belakangan. Kadanag itu berulang–ulang dan membuat permainan membosankan dan lemes. Maka ini adalah pintar–pintarnya pemain yang harus membuat Pelong semakin seru. Biasanya saya bersama teman–teman membuat strategi jitu agar bisa memenangkan permainan. Anak–anak memainkan tugasnya masing–masing, ada yang pergi menyusup ke tempat lawan lewat tempat yang tidak terlihat oleh lawan sampai akhirnya bisa memegang pohon lawan dari belakang, ada juga yang mengalihkan perhatian dengan cara anak berlarian mendekat, sampai akhirnya ada yang mengejar dan berlari jauh dari daerah permainan.
Apabila ada yang tertangkap lawan, maka harus di tawan dengan berdiri 5 langkah di depan pohon lawan. Maka anak yang tertahan harus menunggu kawan untuk menolongnya, dengan cara menyentuh tangannya. Permainan ini akan menjadi ramai jika yang tertahan di daerah lawan lebih banyak daripada yang berjaga di pohon sendiri. Biasanya jika akan menyentuh pohon lawan sambil berteriak “Pelooooongg ….” Maka itu tanda permainan dimulai dari awal dan skor menjadi 1–0.
Sungguh menyenangkan permainan–permainan masa kecil, yang sekarang permainan itu sudah jarang dimainkan lagi. Karena anak–anak kecil zaman sekarang cenderung lebih suka main game online. Serta permainan modern lainnya. Padahal jika permainan tradisioanal yang pada zaman sekarang dilestarikan, ada banyak manfaatnya yang bisa diambil. Seperti melatih kerjasama kelompok, melatih otak untuk berfikir dan mengatur strategi. Juga bisa menumbuhkan sikap saling bantu membantu sesama kawan, sikap itu sangat sesuai dengan kearifan lokal yang sering mengadakan kerja bakti, gotong royong dan kegiatan sosial lainnya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Febry Muhel Blogger Template by Ipietoon Blogger Template